Kamis, 09 Januari 2014
Minggu, 05 Januari 2014
Resensi Cerpen Seno Gumira Ajidarma
Sepotong Senja untuk Pacarku
Judul Buku : -
Penulis :
Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : -
Tebal : -
Seno Gumira Ajidarma
(lahir di Boston, Amerika
Serikat, 19 Juni
1958;
umur 55 tahun) adalah penulis dari generasi baru di sastra Indonesia.
Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang
Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak berdawai, Kitab
Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja.
Dia juga terkenal karena dia
menulis tentang situasi di Timor Timur
tempo dulu. Tulisannya tentang Timor-Timur dituangkan dalam trilogi buku Saksi Mata
(kumpulan cerpen), Jazz, Parfum, dan Insiden (roman), dan Ketika
Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (kumpulan esai).
Seno Gumira Ajidarma adalah
putra dari Prof. Dr. MSA Sastroamidjojo,
seorang guru besar Fakultas MIPA Universitas
Gadjah Mada. Tapi, lain ayah, lain pula si anak. Seno Gumira
Ajidarma bertolak belakang dengan pemikiran sang ayah.
Setelah lulus SMP, Seno tidak
mau melanjutkan sekolah. Terpengaruh cerita petualangan Old
Shatterhand di rimba suku Apache, karya pengarang asal Jerman Karl May,
dia pun mengembara mencari pengalaman. Seperti di film-film: ceritanya seru,
menyeberang sungai, naik kuda, dengan sepatu mocasin, sepatu model boot yang
ada bulu-bulunya. Selama tiga bulan, ia mengembara di Jawa Barat,
lalu ke Sumatera.
Sampai akhirnya jadi buruh pabrik kerupuk di Medan. Karena kehabisan uang, dia
meminta uang kepada ibunya. Tapi, ibunya mengirim tiket untuk pulang. Maka,
Seno pulang dan meneruskan sekolah.
Ketika SMA, ia sengaja memilih
SMA Kolese De Britto yang boleh tidak pakai seragam. Komunitas yang dipilih
sesuai dengan jiwanya. Bukan teman-teman di lingkungan elite perumahan dosen
Bulaksumur (UGM), rumah orangtuanya. Tapi, komunitas anak-anak jalanan yang
suka tawuran dan ngebut di Malioboro.Dia juga ikut teater Alam pimpinan Azwar A.N selama 2 tahun.
Tertarik puisi-puisi karya Remy Sylado
di majalah Aktuil Bandung, Seno pun mengirimkan puisi-puisinya dan dimuat.
Teman-teman Seno mengatakan Seno sebagai penyair kontemporer. Seno tertantang
untuk mengirim puisinya ke majalah sastra Horison.Kemudian
Seno menulis cerpen dan esai tentang teater.
Pada usia 19 tahun, Seno
bekerja sebagai wartawan, menikah, dan di tahun itu juga Seno masuk Institut
Kesenian Jakarta, jurusan sinematografi.
Dia menjadi seniman karena
terinspirasi oleh Rendra yang santai, bisa bicara,
hura-hura, nyentrik, rambut boleh gondrong.
Sampai saat ini Seno telah
menghasilkan puluhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa. Cerpennya
Pelajaran Mengarang terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan
cerpennya, antara lain: Manusia Kamar
(1988), Penembak Misterius
(1993), Saksi Mata
(l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
(1995), Sebuah
Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati
(1999). Karya lain berupa novel Matinya Seorang Penari Telanjang[
(2000). Pada tahun 1987, Seno mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata,
Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary,
1997.
Kesibukan Seno sekarang adalah
membaca, menulis, memotret, jalan-jalan, selain bekerja di Pusat Dokumentasi
Jakarta-Jakarta. Juga kini ia membuat komik. Baru saja ia membuat teater.
Resensi kali ini akan membahas beberapa cerpen kerya
seno gumira seperti “Rembulan dalam Capuccino”, “Seperseribu Detik sebelum
Pukul 16.00”, “Sebuah Pertanyaan untuk Cinta”, “Karangan Bungan dari Mentri”,
dan “Sepotong Senja untuk Pacarku”.
Rembulan dalam Cappucino menceritakan tentang penyesalan dan kegalauan dari seorang istri yang dicampakan suaminya dengan semena-mena tanpa alasan dan kejelasan yang pasti. Sang istri menjadi tidak tau arah bagai rembuan dalam capuccino terombanng-ambing dan tidak tau bagaimana kejelasan nasibnya, ia bahkan bingung apakah harus bersedih atau bahkan bahagia terlepas dari berbagai penyesalan akan keputusanya untuk menikah dengan suami yang telah menceraikanya.
Rembulan dalam Cappucino menceritakan tentang penyesalan dan kegalauan dari seorang istri yang dicampakan suaminya dengan semena-mena tanpa alasan dan kejelasan yang pasti. Sang istri menjadi tidak tau arah bagai rembuan dalam capuccino terombanng-ambing dan tidak tau bagaimana kejelasan nasibnya, ia bahkan bingung apakah harus bersedih atau bahkan bahagia terlepas dari berbagai penyesalan akan keputusanya untuk menikah dengan suami yang telah menceraikanya.
Seperseribu Detik sebelum Pukul
16.00 bercerita tentang sepasang orang tua yang dimasa lalu terpisah karna
kebisuan akan rasa yang mereka miliki.
Mereka telah saling mengingat tanpa saling mengetahui isi hati masing-masing
meski hati mereka telah bersua. Mereka telah mendengar kata hatinya
masing-masing yang telah menyampaikan segalanya tanpa bahasa apa pun selain
rasa, hanya rasa, dan tiada lain selain rasa tanpa pernah mendapat terjemahan
nalarnya dalam kepala. Sepasang orang tua yang berusaha menghentikan waktu demi
menebus sebuah penyesalan tiada arti di masalalu.
Sebuah
Pertanyaan untuk Cinta bercerita tentang ketidak percayaan seorang wanita pada
kekasihnya yang masih berstatus suami orang lain. Sang wanita selalu bertanya
akan arti kehadiran dan cintanya bagi kekasihnya, bagaimana kelanjutan hubungan
mereka dan bagaimana cara agar mereka dapat hidup bersama tanpa menyakiti hati
istri kekasihnya. Semua terasa begitu kompleks dan rumit hingga si wanita tak
mampu menahan lisanya untuk selalu bertanya, sebuah pertanyaan untuk cinta,
akan bagaimana akhir dari kisah rumit yang tak berujung ini.
Karangan
Bunga dari Mentri menceritakan tentang manusia yang kini hanya menilai
seseorang dari hartanya saja, menghargai seseorang karna jabatan dan pangkatnya
dalam negri bukan dari akhlak dan agama. Hal yang sudah tidak anehlagi bagi
kita untuk hidup di kota metropolitan dimana semua orang berlomba-lomba mencari
harta dan kedudukan agar bisa dipandang dan memandang rendah orang lain.
Sepototng
Senja untuk Pacarku bercerita tentang seorang pria yang berusaha memberikan
yang terbaik untuk kekasihnya, memberikan senja terbaik yang tak pernah
dimiliki oleh manusia mana pun didunia ini karna sepotong senja terbaik itu
hanya milik kekasihnya.
Seno
Gumira Ajidarma mampu menyajikan berbagai masalah simpel menjadi begitu unik
dan menarik untuk diselidiki. Ia berhasil mengembangkan suatu ide dari suatu
permasalahan menjadi kompleks sehingga memacu adrenalin untuk berpikir kritis
akan suatu hal, mangajak para pembaca untuk terjun langsung dalam dunia
ceritanya lewat rangkaian konflik yang disusun secara apik serta bersinergis
dengan kehidupan sehari-hari.
Namun,
dalam penyampaian karyanya Seno Gumira seringkali menggunakan bahasa tingkat
tinggi yang barangkali susah untuk dipahami oleh orang awam. Meskipun cerita
yang diangkat begitu sempurna namun apabila penyampaianya tidak sinkron dengan
pembaca tentu saja pesan yang disampaikan tidak nyambung pada pembaca.
Meskipun
demikian, mengingat keindahan, keunggulan serta nilai yang terkandung dalam
cerpen-cerpen tersebut memang sepantasnya cerpen-cerpen karya Seno Gumira
Ajidarma layak untuk dibaca bagi para penikmat cerpen khususnya dan pembaca
pada umumnya. Selain untuk menambah pengetahuan mengenai keindahan sastra dan
nilai-nilai kehidupan juga dapat sebagai hiburan tersendiri bagi para pembaca.
Karya Ilmiah Remaja [KIR]
first, Karya
Ilmiah Remaja [KIR]!
ini ni,
tugas paling ribet dengan waktu yang paling lama serta tingkat ke-stress-an
yang luar biasa, semua harus sempurna, tidak ada celah untuk kesalahan, apapun
itu, baik dalam penggunaan bahasa hingga titik koma pun tak ada yang cacat, so
damn -.-"
nah, ini ni
pengalaman gw waktu bikin karya ilmiah, sebagian ada yang nyontek2 tapi lebih
dominan gw bikin sendiri, dengan beberapa kali di eksekusi sama guru pembimbing
akhirnya KIR yang -agak sedikit- gaje ini sukses juga :D
Pengaruh Kalkulator
terhadap Daya Hitung Siswa SMAN 1 Padang Panjang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalkulator
adalah alat bantu hitung menghitung yang biasa digunakan oleh para siswa. Siswa
membutuhkan kalkulator untuk melakukan operasi perhitungan yang sulit. Seiring
dengan perkembangan teknologi, kalkulator telah diinovasikan dan disisipi pada
berbagai macam alat elektronik. Keadaan seperti ini memberi kemudahan bagi para
siswa untuk menggunakan kalkulator baik disekolah maupun di rumah.Kebiasaan
menggunakan kalkulator secara terusmenerus dalam jangka waktu yang panjang akan
melemahkan daya hitung siswa.
Daya hitung siswa
adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menjumlahkan, mengurangkan,
mengalikan maupun melakukan segala hal yang berkaitan dengan perhitungan atau
ilmu matematika.
Daya
hitung siswa akan berkurang jika mereka terlalu sering menggunakan kalkulator .
Siswa yang sering menggunakan kalkulator akan menimbulkan ketagihan dan
ketergantungan pada kalkulator. Hal ini akan menjadi suatu masalah besar bagi
para pelajar karena penggunaan kalkulator tidak diperbolehkan dalam ujian.
Akibatnya, siswa akan bingung dan resah ketika ujian karena malas atau tidak
mampu menghitung secaramanual dengan otak mereka. Oleh karena itu perlu
diangkat penelitian dengan judul “Pengaruh Kalkulator terhadap Daya Hitung
Siswa”
B. Rumusan Masalah
·
Bagaimana pengaruh kalkulator terhadap daya hitung siswa kelas X SMAN 1
Padang Panjang?
C. Tujuan Penelitian
·
Untuk mengetahui pengaruh kalkulator terhadap daya hitung siswa kelas X
SMAN 1 Padang Panjang.
D. Manfaat Penelitian
·
Ilmu Pengetahuan ; Untuk menambah kazanah ilmu pengetahuan khususnya
dibidang
Pendidikan
·
Siswa ; Sebagai pengetahuan tentang pemanfaatan
kalkulator.
·
Peneliti ; Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kalkulator adalah alat bantu berhitung elektronik yang jauh lebih sederhana
dari komputer. Ia digunakan untuk melakukan berbagai perhitungan aritmetika
seperti penambahan, pengurangan, pembagian, dan pengalian.
Kalkulator bekerja dengan sedikit arus
listrik yang bersumber dari baterai. Ada beberapa kalkulator yang tidak menggunakan baterai. Kalkulator
ini bergantung pada tenaga surya. Kalkulator bekerja dengan sangat cepat dan
tidak pernah membuat kesalahan, kecuali kita salah memasukkanangka-angka.
Kalkulator juga bisa digunakan untuk mengerjakan hitungan-hitungan yang lebih sulit. Kalkulator digunakan oleh pelajar, insinyur, atau siapa saja yang dalam pekerjaannya berhubungandenganangka.
Kalkulator juga bisa digunakan untuk mengerjakan hitungan-hitungan yang lebih sulit. Kalkulator digunakan oleh pelajar, insinyur, atau siapa saja yang dalam pekerjaannya berhubungandenganangka.
Jenis-Jenis Kalkulator
Ada berbagai macam
jenis kalkulator. Namun yang paling umum ada dua, yaitu kalkulator ilmiah dan
kalkulator biasa. Cara membedakan kedua kalkulator tersebut sangatlah mudah.
Kalkulator ilmiah biasanya memiliki tombol-tombol yang lebih banyak daripada
kalkulator biasa. Ini dikarenakan kalkulator ilmiah digunakan untuk
menyelesaikan soal perhitungan yang lebih rumit.
Kalkulator biasa tidak
bisa diprogram. Ia digunakan untuk melakukan perhitungan sederhana seperti
pengurangan, penambahan, pembagian, perkalian. Kalkulator ilmiah biasanya dilengkapi
dengan sistem yang lebih canggih sehingga dapat diprogram untuk menyimpan
rumus-rumus matematika.
Bagaimana Kalkulator Bekerja?
Kalkulator bekerja seperti sihir. Ia mampu memberikan jawaban akurat dan cepat atas soal hitungan yang sulit. Di dalam kalkulator elektronis terdapat sakelar pemutus arus listrik yang sangat kecil. Sakelar tersebut merupakan “otak” dari kalkulator yang dijalankan dengan energi listrik. Sakelar pemutus arus mengerjakan semuanya, lalu menunjukkan hasil perhitungan pada layar kecil kalkulator.
Semua kalkulator
elektronis bekerja dengan cara yang hampir sama. Kalkulator ini menggunakan
cara penambahan yang sangat cepat untuk menambah, mengurangi, mengalikan, dan
membagi. Ketika menekan tombol pada kalkulator, maka kita menggunakan
angka-angka sederhana seperti 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Daya hitung siswa
adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menjumlahkan, mengurangkan,
mengalikan maupun melakukan segala hal yang berkaitan dengan perhitungan atau
ilmu matematika.
BAB III
METODE PENELTIAN
A. Jenis
·
Kualitatif
Merupakan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif mengenai kata – kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku
yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Penelitian kualitatif
memiliki karakteristik khusus
Karakter khusus kualitatif :
Bersifat induktif : yaitu berdasar pada prosedur logika yang berawal dari
proposisi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada suatu kesimpulan
hipotesis yang bersifat umum.
Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan, yaitu mempelajari
manusia dalam konteks dan situasi dimana mereka berada.
Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri ( sudut pandang
yang diteliti )
Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian.
Menekankan pada validitas data sehingga ditekankan pada dunia empiris.
Bersifat humanistis: yaitu memahami secara pribadi orang yang diteliti dan
ikut mengalami apa yang dialami orang yang diteliti dalam kehidupan
sehari-hari.
Semua aspek kehidupan sosial dan manusia
dianggap berharga dan penting untuk dipahami karena dianggap bersifat spesifik
dan unik.
·
Kualitatif
Penelitian ini menggunakan data berupa
angka. Di dalam penelitian kuantitatif terdapat tiga tipe analisis , yaitu:
Analisis utama / primer ( primary analysis ) : merupakan analisis asli yang
dilakukan oleh peneliti yang menghasilkan temuan tentang topik spesifik. Dengan
kata lain analisis primer adalah suatu analisis yang mempertimbangkan data /
informasi utama yang diperoleh dalam suatu penelitian.
Analisis sekunder atau analisis data sekunder ( secondary analysis ) :
merupakan suatu analisis tentang temuan-temuan yang ada dari peneliti lain yang
mungkin menggunakan metode yang berbeda dan lebih halus. Dengan kata lain,
analisis ini memfokuskan pada data yang telah dikumpulkan/disusun dan
dianalisis serta melakukan suatu analisis kedua atau ketiga kalinya.
Meta-analysis : yaitu suatu analisis tentang data atau informasi yang
telah dikumpulkan/ disusun dan dianalisis dari beberapa studi.
(http://wacanakeilmuan.blogspot.com/2011/01/macam-macam-metode-penelitian.html:
Selasa 12/02/2013)
B. Waktu/Tempat
Waktu : Februari s/d April 2013
Tempat : SMAN 1 PADANG PANJANG
C. POPULASI/SAMPEL
Populasi : Siswa-siswi SMAN 1
Padang Panjang kelas X
Sampel : 60 orang
·
Populasi
Populasi atau universe ialah jumlah
keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Populasi sampling, contoh apabila kita mengambil rumah
tangga sebagai
sampel, sedangkan yang diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja
sebagai PNS, maka seluruh rumah tangga adalah populasi sampling
2. Populasi sasaran, sesuai dengan contoh di atas, maka
seluruh PNS adalah
populasi sasaran
·
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang
diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel
perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam
populasi sampling, dengan syarat:
a. Harus meliputi seluruh unsur sampel
b. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali
c. Harus up to date
d. Batas-batasnya harus jelas
e. Harus dapat dilacak dilapangan
D. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
·
Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan
yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975)
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987)
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987)
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 )
Pengambilan data dapat
dilakukan secara :
a. Pertanyaan langsung vs Pertanyaan tidak langsung
a. Pertanyaan langsung vs Pertanyaan tidak langsung
Perbedaan mendasar
antara Pertanyaan Langsung dan Pertanyaan Tidak Langsung ialah terletak pada
tingkat kejelasan suatu pertanyaan dalam mengungkap informasi khusus dari
responden. Pertanyaan Langsung menanyakan informasi khusus secara langsung
dengan tanpa basa-basi (direct), dimana jawaban diperoleh dari sumber pertama
tanpa menggunakan perantara. Pertanyaan Tidak Langsung menanyakan informasi
khusus secara tidak langsung (indirect), dimana Jawaban angket itu diperoleh
dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber pertama.
b. Pertanyaan Khusus
v.s Pertanyaan Umum
Pertanyaan Khusus menanyakan hal-hal yang khusus yang dibutuhkan oleh penulis. Sedang Pertanyaan Umum biasanya menanyakan informasi mengenai identitas dari koresponden. Lebih baik pertanyaan dimulai dari umum ke khusus.
Pertanyaan Khusus menanyakan hal-hal yang khusus yang dibutuhkan oleh penulis. Sedang Pertanyaan Umum biasanya menanyakan informasi mengenai identitas dari koresponden. Lebih baik pertanyaan dimulai dari umum ke khusus.
c. Pertanyaan Tentang
Fakta v.s Pertanyaan Tentang Opini
Pertanyaan tentang fakta yang menghendaki jawaban dari responden berupa fakta; sedang Pertanyaan tentang opini menghendaki jawaban yang bersifat opini. Pada praktiknya dikarenakan responden mungkin mempunyai memori yang tidak kuat ataupun dengan sadar yang bersangkutan ingin menciptakan kesan yang khusus; maka Pertanyaan tentang fakta belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang bersifat faktual.
Pertanyaan tentang fakta yang menghendaki jawaban dari responden berupa fakta; sedang Pertanyaan tentang opini menghendaki jawaban yang bersifat opini. Pada praktiknya dikarenakan responden mungkin mempunyai memori yang tidak kuat ataupun dengan sadar yang bersangkutan ingin menciptakan kesan yang khusus; maka Pertanyaan tentang fakta belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang bersifat faktual.
d. Pertanyaan dalam
bentuk kalimat tanya v.s. Pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan
Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya memberikan pertanyaan langsung kepada responden dimana jawaban yang diperoleh dapat beraneka ragam; sedang pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan menyediakan jawaban persetujuannya.
Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya memberikan pertanyaan langsung kepada responden dimana jawaban yang diperoleh dapat beraneka ragam; sedang pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan menyediakan jawaban persetujuannya.
·
Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara
untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Wawancara dapat
dilakukan oleh direksi kepada pelamar pekerjaan, pelanggan atau pihak lainnya.
Teknik Wawancara, adalah suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk memperoleh keterangan, informasi dan sejenisnya.
Teknik Wawancara, adalah suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk memperoleh keterangan, informasi dan sejenisnya.
a. Wawancara berstruktur adalah wawancara secara terencana yang berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan. Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Wawancara dapat dilakukan oleh direksi kepada pelamar pekerjaan, pelanggan atau pihak lainnya.
b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan. Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Wawancara dapat dilakukan oleh direksi kepada pelamar pekerjaan, pelanggan atau pihak lainnya.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Data dikumpulkan kemudian dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan
menggunakan rumus presentase
Data dibeberkan
Data disimpulkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan angket
kepada 60 orang responden yang berisikan 16 pertanyaan objektif dan 4 buah
pertanyaan essay. Dari angket yang telah disebarkan didapat informasi bahwa
sebagai siswa SMA, semua siswa sudah mengenal kalkulator dalam pembelajaran
mereka. Hal ini dapat disimpulkan dari 100% responden menjawab mereka sudah
mengenal kalkulator dalam pembelejaran mereka, baik itu kalkulator umum atau
pun yang berfungsi khusus.
Siswa yang sudah mengenal kalkulator dalam
pembelajaran mereka, mulai berpikir bahwa mereka perlu mempunyai kalkulator
khusus untuk belajar. Hal ini dapat dibuktikan dari 75% responden menjawab
mereka mempunyai kalkulator pribadi yang khusus diperuntukan untuk siswa. Kalkulator
jenis ini kini mulai menjadi sebuah kebutuhan siswa dalam belajar. Mereka
dituntut untuk mahir memecahkan soal yang perhitunganya sulit dengan cepat
seperti fisika,kimia,matematika,ekonomi dan lain lain.
Dapat dicermati dari responden bahwa 78% siswa menjawab kalkulator
merupakan sebuah kebutuhan khusus dalam belajar. Sebagai suatu kebutuhan, jelas
saja kalkulator sangat bermanfaan bagi siswa. Kalkulator sangat membantu siswa
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan atau soal dengan bentuk perhitungan
rumit yang tidak dapat dipecahkan oleh otak mereka sendiri. Hal ini terbukti
dari responden yang 93% menjawab bahwa kalkulato sangat membantu siswa dalam
belajar
Walaupun merupakan sebuah kebutuhan, siswa masih
dibatasi oleh guru bidang studi untuk menggunakan kalkulator setiap saat. Siswa
hanya diperbolehkan menggunakan kalkulator pada perhitungan yang sulit saja.
Hal ini terbukti dari responden yang 100% menjawab siswa menggunakan kalkulator
masih dibatas taraf wajar yaitu kadang-kadang, sehingga masih perlu
mengguanakan kemampuan otak mereka walau itu hanya untuk perhitungan yang mudah
saja.
Para siswa hanya menggunakan kalkulator hanya pada
perhitungan yang sulit saja. Dapat di kalkulasikan dari responden yang 98%
setuju bahwa siswa hanya menggunakan kalkulator hanya untuk menyelesaikan
perhitungan yang sulit saja. siswa tetap tidak menggunakan kalkulator setiap
saat. Untuk perhitungan yang terbilang sangat mudah, mereka tetap menggunakan
otak sendiri dalam berhitung. Hal ini terbukti dari 95% responden percaya bahwa
siswa hanya tidak menggunakan kalkulator pada perhitungan yang sulit, karena
semenjak Taman Kanak-Kanak siswa telah dibimbing dalam mengasah kecerdasan
berhitungnya. Hingga kini tentu mereka masih memanfaatkan kecerdasan
tersebut,sehingga siswa tidak selalu cenderung menggunakan kalkulator dalam
segala bentuk perhitungan. Hal ini dapat disimpulkan dari 93% responden
menjawab siswa tidak cendenrung selalu menggunakan kalkulator dalam setiap
perhitungan.
Meskipun demikian,siswa tetap merasa kurang yakin jika
mereka melakukan perhitungan yang tebilang sulit jika tanpa kalkulator. Siswa
yang belum terbiasa tidak menggunakan kalkulator dalam menyelesaikan
permasalahan atau soal dengan perhitungan sulit merasa tertekan dan tidak
percaya diri dengan hasil yang mereka peroleh dengan otak mereka sendiri. Hal
ini dapat terlihat dari 78% responden percaya bahwa siswa yang mampu
menyelesaikan soal dengan perhitungan sulit
menggunakan kalkulator, jika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan
yang sama tanpa kalkulator, siswa merasa tidak percaya diri.
Siswa yang sudah terlanjur dibantu oleh kalkulator
dalam mengerjakan perhitungan sulit akan merasa ketergantungan pada kalkulator.
Dengan fungsi kalkulator dan kemampuannya yang dapat menghitung cepat, praktis,
dan akurat jelas saja siswa memiliki keterganutnga yang cukup tinggi terhadapa
kalkulator. Hal ini dapat di kalkulasikan dari 87% responden menjawab bahwa
siswa memiliki ketergantungan yang cukup tinggi pada kalkulator.
. Siswa yang yang sudah ketergantungan terhadap
kalkulator mengaku sulit untuk menyelesaikan soal dengan perhitungan yang
sulit. Sehingga dalam ujian atau pun ulangan mereka merasa gelisah apabila
tidak diijinkan menggunakan kalkulator. Hal ini terbukti dari 89% responden
percaya bahwa siswa akan takut dan gelisah apabila dalam ujian ataupun ulangan
harian tidak di izinka menggunakan alat bantu kalkulator.
Siswa yang sudah terbiasa menggunakan alat bantu
kalkulator merasa lebih suka menggunakan kalkulator ketimbang otak mereka sendiri
dalam menghitung perhitungan yang sulit. Hal ini disebebkan oleh berbagai
faktor seperti ketidak percayaan terhadap kemampuan sendiri, ingin cepat dan
praktis, atau bahkan tidak mampu melakukanya. Hal ini dapat terlihat dari 78%
responden beranggapan bahwa siswa cenderung lebih memilih menghitung
perhitungan sulit dengan kalkulator dibanding dengan menggunakan otak mereka
sendiri.
Siswa yang cenderung menggunakan kalkulator mulai
merasa bahwa kalkulator lebih pintar dan lebih akurat dibandingkan otak mereka
yang sudah diprogram untuk dapat menghitung semenjak kecil. Keadaan dimana otak
mereka sulit atau bahkan tidak mampu mengoperasikan perhitungan yang sulit
memicu adanya paradigma ini. Hal ini dapat terkalkulasi dari 78% responden
menjawab kalkulator jauh lebih pintar dari pada otak siswa sendiri, 15%
menjawab kadang-kadang dan 7% menjawab tidak.
Selain itu,
kalkulator yang lebih pintar dan lebih akurat dibanding otak siswa, maka siswa
mulai berfikir bahwa kalkulator dapat menggantikan fungsi otak mereka dalam
menghitung. Hal ini dapat dibuktikan dari 68% responden menjawab siswa
menganggap kalkulator dapat menggantikan fungsi otak mereka dalam menghitung.
Kalkulator yang besifat praktis dan cepat dalam
menghitung membuat siswa terlena dalam menggunakanya dan mulai menumbuhkan
sikap malas dari siswa itu sendiri untuk menghitung manual dengan otak mereka
sendiri. Hal ini dapat terlihat dari 56% responden percaya bahwasanya siswa
yang telah mengenal kalkulator akan malas berhitung secara manual dan memilih
menggunakan kalkulator. Kebiasaan seperti ini dapat membuat sebagian besar
siswa yang mulai malas menghitung, apabila dihadapkan pada suatu keadaan dimana
mereka harus menyelesaikan perhitungan sulit tanpa menggunakan kalkulator
(misalnya pada saat ujian semester yang sejatinya tidak membolehkan siswa
menggunakan alat bantu menghitung) akan bersikap pasrah menunggu hidayah atau
bahkan mencontek, adapun jika mereka menghitung sendiri mereka akan merasa
tidak yakin dengan hasilnya dan memilih bertanya pada teman. Hal ini dapat
terakumulasi dari 38% responden menjawab pasrah (menunggu hidayah), 44%
menjawab hitung sendiri dan bertanya pada teman, dan18% responden menjawab
hitung sendiri.
Seperti yang telah dipaparkan pada ulasan
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, siswa merasa tertarik pada kalkulator
disebabkan oleh beberapa sebab, seperti pengguanaan yang simpel dan akurat,
tidak membuang waktu (dibandingkan hitung manual yang cukup lama), selain itu
juga membuat perhitungan sulit menjadi sangat mudah untuk dipecahkan. Siswa
yang menjadikan kalkulator sebagai kebutuhan dalam belajar sebagian besar tidak
pernah memikirkan bahaya dari penggunaan kalkulator bagi dirinya sendiri.
Mereka tidak pernah terpikirkan dampak negatif yang akan terjadi pada otak
mereka khususnya dalam kemampuan berhitung, belum lagi akan menumbuhkan sikap
“ingin mendapat hasil maksimal tanpa usaha”. Hal ini dapat dibuktikan dari 88%
responden menjawab tidak pernah memikirkan dampak negatif dari penggunaan
kalkulator .
Kemampuan berhitung siswa yang suka menggunakan
kalkulator semakin lama semakin melemah. Seperti yang telah di paparkan
sebelumnya, siswa yang telah mengenal kalkulator, sering menggunakan
kalkulator, mengangap kalkulator lebih pintar dari otak mereka sendiri hingga
malas menghitung secara manual menjadi faktor utama penyebab munculnya
paradigma ini “kemampuan berhitung siswa mulai melemah akibat penggunaan
kalkulator.” Hal ini terkalkulasikan dari 69% responden menjawab kemampuan
berhitung siswa mulai melemah akibat penggunaan kalkulator yang mulai
menggantikan fungsi otak mereka.
Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan kalkulator
sangat beragam, seperti membunuh perkembangan otak dalam berhitung karena
terlalu dimanjakan untuk berhitung dengan kalkulator, menjadi pemalas,
ketergantungan dengan kalkulator, panik saat dihadapkan pada keaadan dimana
siswa harus menghitung tanpa kalkulator.
Dari berbagai opini yang telah dipaparkan diatas,
dapat dipahami bahwa penggunaan kalkulator kini mulai menimbulkan berbagai
permasalahan yang cukup fatal akibatnya bagi siswa. Daya pikat kalkulator yang
cukup tinggi membuat siswa yang sudah terlanjur akrab dengan benda ini tak
mampu menolak menggunakanya untuk berhitung, kemudia akan berlanjut pada
tingkat “suka” menggunakan kalkulator dan ironisnya berakhir pada
“ketergantungan” pada kalkulator. Tingginya tingkat ketergantungan siswa pada
kalkultor inilah yang akan memberi dampak negatif pada kemampuan berhitung
siswa.
Siswa dengan ketertarikan tinggi terhadap kalkulator
akan mengalami berbagai masalah seperti malas menghitung tanpa kalkulator,
berkurangnya kemampuan dalam menghitung dangan cepat dan akurat bahkan sampai
pada tingkat dimana mereka tidak mampu mengoperasikan perhitungan yang sulit.
Keadaan ini sungguh sangat merugikan siswa itu sendiri, begitu pula bagi
negara, sehingga tak heran kiranya timbul paradigma bahwa Indonesia kini
terancam bodoh akibat generasi-generasi penerusnya mulai mewarisi sifat malas
dan terlalu menikmati kemajuan teknologi tanpa berfikir untuk mengembangkanya.
Dapat diasumsikan bahwa perkembangan teknologi yang kini semakin maju justru
akan berdampak negatif pada diri sendiri jika tak mampu menyikapinya dengan
baik dan bijaksana. Baru-baru ini Dr. Gerald Crabtree dari Stanford University
yang mengemukakan hipotesis kontroversial bahwa manusia secara perlahan semakin
kehilangan kemampuan intelegensinya. Crabtree, yang juga adalah ahli genetik
terkemuka dan memimpin laboratorium genetika di Stanford, mendasari
hipotesisnya itu pada fakta-fakta evolusi manusia. Crabtree, sebagaimana
dilansir The Independent, mengatakan bahwa “meskipun kita sekarang
dikelilingi oleh manfaat teknologi yang cangih dan metode kesehatan yang modern
sebagai hasil dari sebuah revolusi ilmiah, tetapi semua ini telah menutupi
fakta bahwa penurunan kekuatan otak yang masih akan terus berlanjut ke masa
depan menuju kebodohan spesies manusia”(
http://edukasi.kompasiana.com,Jumat,31/05/2013) oleh karna itu, sebagai seorang
siswa yang terpelajar sudah seharusnya memikirkan bahaya dan sisi negatif dari
perkembangan teknologi ini khususnya dalam bidang kalkulator yang kini
penggunaanya mulai digemari para siswa.
Meskipun faktor utama penyebab siswa mengalami
kecanduan terhadap kalkulator itu datang dari diri mereka sendiri, namun disini
juga tidak menutup campur tangan guru dan orang tua.Guru yang memberi izin
kepada siswa untuk menggunakan kalkulator selama disekolah disinyalir juga
menjadi faktor penyebab permasalahan ini, begitupun orang tua yang tidak
mengontrol anaknya dalam menggunakan kalkulator saat mengerjakan PR dirumah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kalkulator merupakan alat bantu menghitung yang penggunaanya praktis, cepat
dan sedehana dengan hasil yang tepat dan akurat.
Penggunaanya yang simpel dengan proses kerja sangat cepat, hasil yang tepat
dan akurat serta sangat membantu dalam memproses perhitungan yang sulit menjadi
faktor utama yang menyebabkan siswa tertarik untuk menggunakan kalkulator dalam
proses pembelajaran mereka. Siswa yang mulai menggunakan kalkulator pada
akhirnya akan terjerat pada suatu keaadaan dimana mereka mulai ketergantungan
kalkulator seperti yang telah diualas dalam pembahasan bahwa 78% responden
menjawab bahwa siswa menganggap kalkulator sebagai kebutuhan fital dalam
pembelajran mereka. Sifat inilah yang membahayakan kemampuan otak siswa dalam
mencerna masalah perhitungan. Siswa akan malas menghitung tanpa kalkulator
sehingga menghambat perkembangan otak mereka untuk menghitung aritmatika yang
sulit, akibatnya daya hitung siswa semakin lama semakin menurun.
Meskipun faktor utama dari kecanduan kalkulator ini datang dari diri siswa
sendiri, namun tidak menutup keikutsertaan guru dan orang tua dalam hal ini.
Guru yang memberi kesempatan dan izin untuk menggunakan kalkulator disaat
mengerjakan latihan juga menjadi faktor penyebab kecanduan kalkulator ini,
begitu juga dengan orang tua, rendahnya kontrol orang tua juga menjadi momok
besar yang menimbulkan kebiasaan buruk menggunakan kalkulator oleh siswa.
Jadi, disamping menyadarkan para siswa akan dampak negatif dari penggunaan
kalkulator yang berlebihan,juga dibutuhkan kontrol guru dan orang tua dalam
mengawasi anak (siswa) dalam menggunakan kalkulator.
5.2 Saran
1.
Siswa sebaiknya mulai berpikir akan dampak negatif dari penggunaan
kalkulator bagi diri mereka sendiri, sehingga siswa akan mampu mengontrol diri
untuk tidak menjadikan kalkulator sebagai kebutuhan mutlak dalam belajar.
2.
Guru dan orang tua diharapkan dapat langsung berkecimpung dalam mengawasi
anak-anak (siswa) dalam menggunakan kalkulator. Guru sebaiknya mulai melatih
siswa agar tidak menggunakan kalkulator dalam mengerjakan latihan disekolah.
3.
Orang tua yang mendampingi anak-anak mereka sebaiknya
mengontrol penggunaan kalkulator bagi anak-anak mereka saat mengerjakan PR
dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)