Minggu, 05 Januari 2014

Resensi Cerpen Seno Gumira Ajidarma



Sepotong Senja untuk Pacarku
Judul Buku        : -
Penulis                           : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit             : -
Tebal                  : -

Seno Gumira Ajidarma (lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958; umur 55 tahun) adalah penulis dari generasi baru di sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja.
Dia juga terkenal karena dia menulis tentang situasi di Timor Timur tempo dulu. Tulisannya tentang Timor-Timur dituangkan dalam trilogi buku Saksi Mata (kumpulan cerpen), Jazz, Parfum, dan Insiden (roman), dan Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (kumpulan esai).
Seno Gumira Ajidarma adalah putra dari Prof. Dr. MSA Sastroamidjojo, seorang guru besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. Tapi, lain ayah, lain pula si anak. Seno Gumira Ajidarma bertolak belakang dengan pemikiran sang ayah.
Setelah lulus SMP, Seno tidak mau melanjutkan sekolah. Terpengaruh cerita petualangan Old Shatterhand di rimba suku Apache, karya pengarang asal Jerman Karl May, dia pun mengembara mencari pengalaman. Seperti di film-film: ceritanya seru, menyeberang sungai, naik kuda, dengan sepatu mocasin, sepatu model boot yang ada bulu-bulunya. Selama tiga bulan, ia mengembara di Jawa Barat, lalu ke Sumatera. Sampai akhirnya jadi buruh pabrik kerupuk di Medan. Karena kehabisan uang, dia meminta uang kepada ibunya. Tapi, ibunya mengirim tiket untuk pulang. Maka, Seno pulang dan meneruskan sekolah.
Ketika SMA, ia sengaja memilih SMA Kolese De Britto yang boleh tidak pakai seragam. Komunitas yang dipilih sesuai dengan jiwanya. Bukan teman-teman di lingkungan elite perumahan dosen Bulaksumur (UGM), rumah orangtuanya. Tapi, komunitas anak-anak jalanan yang suka tawuran dan ngebut di Malioboro.Dia juga ikut teater Alam pimpinan Azwar A.N selama 2 tahun.
Tertarik puisi-puisi karya Remy Sylado di majalah Aktuil Bandung, Seno pun mengirimkan puisi-puisinya dan dimuat. Teman-teman Seno mengatakan Seno sebagai penyair kontemporer. Seno tertantang untuk mengirim puisinya ke majalah sastra Horison.Kemudian Seno menulis cerpen dan esai tentang teater.
Pada usia 19 tahun, Seno bekerja sebagai wartawan, menikah, dan di tahun itu juga Seno masuk Institut Kesenian Jakarta, jurusan sinematografi.
Dia menjadi seniman karena terinspirasi oleh Rendra yang santai, bisa bicara, hura-hura, nyentrik, rambut boleh gondrong.
Sampai saat ini Seno telah menghasilkan puluhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa. Cerpennya Pelajaran Mengarang terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan cerpennya, antara lain: Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999). Karya lain berupa novel Matinya Seorang Penari Telanjang[ (2000). Pada tahun 1987, Seno mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata, Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary, 1997.
Kesibukan Seno sekarang adalah membaca, menulis, memotret, jalan-jalan, selain bekerja di Pusat Dokumentasi Jakarta-Jakarta. Juga kini ia membuat komik. Baru saja ia membuat teater.
Resensi  kali ini akan membahas beberapa cerpen kerya seno gumira seperti “Rembulan dalam Capuccino”, “Seperseribu Detik sebelum Pukul 16.00”, “Sebuah Pertanyaan untuk Cinta”, “Karangan Bungan dari Mentri”, dan “Sepotong Senja untuk Pacarku”.

       Rembulan dalam Cappucino menceritakan tentang penyesalan dan kegalauan dari seorang istri yang dicampakan suaminya dengan semena-mena tanpa alasan dan kejelasan yang pasti. Sang istri menjadi tidak tau arah bagai rembuan dalam capuccino terombanng-ambing dan tidak tau bagaimana kejelasan nasibnya, ia bahkan bingung apakah harus bersedih atau bahkan bahagia terlepas dari berbagai penyesalan akan keputusanya untuk menikah dengan suami yang telah menceraikanya.
Seperseribu Detik sebelum Pukul 16.00 bercerita tentang sepasang orang tua yang dimasa lalu terpisah karna kebisuan akan rasa yang mereka miliki. Mereka telah saling mengingat tanpa saling mengetahui isi hati masing-masing meski hati mereka telah bersua. Mereka telah mendengar kata hatinya masing-masing yang telah menyampaikan segalanya tanpa bahasa apa pun selain rasa, hanya rasa, dan tiada lain selain rasa tanpa pernah mendapat terjemahan nalarnya dalam kepala. Sepasang orang tua yang berusaha menghentikan waktu demi menebus sebuah penyesalan tiada arti di masalalu.
Sebuah Pertanyaan untuk Cinta bercerita tentang ketidak percayaan seorang wanita pada kekasihnya yang masih berstatus suami orang lain. Sang wanita selalu bertanya akan arti kehadiran dan cintanya bagi kekasihnya, bagaimana kelanjutan hubungan mereka dan bagaimana cara agar mereka dapat hidup bersama tanpa menyakiti hati istri kekasihnya. Semua terasa begitu kompleks dan rumit hingga si wanita tak mampu menahan lisanya untuk selalu bertanya, sebuah pertanyaan untuk cinta, akan bagaimana akhir dari kisah rumit yang tak berujung ini.
Karangan Bunga dari Mentri menceritakan tentang manusia yang kini hanya menilai seseorang dari hartanya saja, menghargai seseorang karna jabatan dan pangkatnya dalam negri bukan dari akhlak dan agama. Hal yang sudah tidak anehlagi bagi kita untuk hidup di kota metropolitan dimana semua orang berlomba-lomba mencari harta dan kedudukan agar bisa dipandang dan memandang rendah orang lain.
Sepototng Senja untuk Pacarku bercerita tentang seorang pria yang berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, memberikan senja terbaik yang tak pernah dimiliki oleh manusia mana pun didunia ini karna sepotong senja terbaik itu hanya milik kekasihnya.
Seno Gumira Ajidarma mampu menyajikan berbagai masalah simpel menjadi begitu unik dan menarik untuk diselidiki. Ia berhasil mengembangkan suatu ide dari suatu permasalahan menjadi kompleks sehingga memacu adrenalin untuk berpikir kritis akan suatu hal, mangajak para pembaca untuk terjun langsung dalam dunia ceritanya lewat rangkaian konflik yang disusun secara apik serta bersinergis dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, dalam penyampaian karyanya Seno Gumira seringkali menggunakan bahasa tingkat tinggi yang barangkali susah untuk dipahami oleh orang awam. Meskipun cerita yang diangkat begitu sempurna namun apabila penyampaianya tidak sinkron dengan pembaca tentu saja pesan yang disampaikan tidak nyambung pada pembaca.
Meskipun demikian, mengingat keindahan, keunggulan serta nilai yang terkandung dalam cerpen-cerpen tersebut memang sepantasnya cerpen-cerpen karya Seno Gumira Ajidarma layak untuk dibaca bagi para penikmat cerpen khususnya dan pembaca pada umumnya. Selain untuk menambah pengetahuan mengenai keindahan sastra dan nilai-nilai kehidupan juga dapat sebagai hiburan tersendiri bagi para pembaca.

Karya Ilmiah Remaja [KIR]



first, Karya Ilmiah Remaja [KIR]!
ini ni, tugas paling ribet dengan waktu yang paling lama serta tingkat ke-stress-an yang luar biasa, semua harus sempurna, tidak ada celah untuk kesalahan, apapun itu, baik dalam penggunaan bahasa hingga titik koma pun tak ada yang cacat, so damn -.-"
nah, ini ni pengalaman gw waktu bikin karya ilmiah, sebagian ada yang nyontek2 tapi lebih dominan gw bikin sendiri, dengan beberapa kali di eksekusi sama guru pembimbing akhirnya KIR yang -agak sedikit- gaje ini sukses juga :D
Pengaruh Kalkulator terhadap Daya Hitung Siswa SMAN 1 Padang Panjang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Kalkulator adalah alat bantu hitung menghitung yang biasa digunakan oleh para siswa. Siswa membutuhkan kalkulator untuk melakukan operasi perhitungan yang sulit. Seiring dengan perkembangan teknologi, kalkulator telah diinovasikan dan disisipi pada berbagai macam alat elektronik. Keadaan seperti ini memberi kemudahan bagi para siswa untuk menggunakan kalkulator baik disekolah maupun di rumah.Kebiasaan menggunakan kalkulator secara terusmenerus dalam jangka waktu yang panjang akan melemahkan daya hitung siswa.
Daya hitung siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan maupun melakukan segala hal yang berkaitan dengan perhitungan atau ilmu matematika.
            Daya hitung siswa akan berkurang jika mereka terlalu sering menggunakan kalkulator . Siswa yang sering menggunakan kalkulator akan menimbulkan ketagihan dan ketergantungan pada kalkulator. Hal ini akan menjadi suatu masalah besar bagi para pelajar karena penggunaan kalkulator tidak diperbolehkan dalam ujian. Akibatnya, siswa akan bingung dan resah ketika ujian karena malas atau tidak mampu menghitung secaramanual dengan otak mereka. Oleh karena itu perlu diangkat penelitian dengan judul “Pengaruh Kalkulator terhadap Daya Hitung Siswa”
B. Rumusan Masalah
·         Bagaimana pengaruh kalkulator terhadap daya hitung siswa kelas X SMAN 1 Padang Panjang?
C. Tujuan Penelitian
·         Untuk mengetahui pengaruh kalkulator terhadap daya hitung siswa kelas X SMAN 1 Padang Panjang.
D. Manfaat Penelitian
·         Ilmu Pengetahuan ; Untuk menambah kazanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang
       Pendidikan
·         Siswa                   ; Sebagai pengetahuan tentang pemanfaatan kalkulator.
·         Peneliti                             ; Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kalkulator adalah alat bantu berhitung elektronik yang jauh lebih sederhana dari komputer. Ia digunakan untuk melakukan berbagai perhitungan aritmetika seperti penambahan, pengurangan, pembagian, dan pengalian.  

Kalkulator bekerja dengan sedikit arus listrik yang bersumber dari baterai. Ada beberapa kalkulator  yang tidak menggunakan baterai. Kalkulator ini bergantung pada tenaga surya. Kalkulator bekerja dengan sangat cepat dan tidak pernah membuat kesalahan, kecuali kita salah memasukkanangka-angka.

            Kalkulator juga bisa digunakan untuk mengerjakan hitungan-hitungan yang lebih sulit. Kalkulator digunakan oleh pelajar, insinyur, atau siapa saja yang dalam pekerjaannya berhubungandenganangka.


Jenis-Jenis Kalkulator   
Ada berbagai macam jenis kalkulator. Namun yang paling umum ada dua, yaitu kalkulator ilmiah dan kalkulator biasa. Cara membedakan kedua kalkulator tersebut sangatlah mudah. Kalkulator ilmiah biasanya memiliki tombol-tombol yang lebih banyak daripada kalkulator biasa. Ini dikarenakan kalkulator ilmiah digunakan untuk menyelesaikan soal perhitungan yang lebih rumit.
Kalkulator biasa tidak bisa diprogram. Ia digunakan untuk melakukan perhitungan sederhana seperti pengurangan, penambahan, pembagian, perkalian. Kalkulator ilmiah biasanya dilengkapi dengan sistem yang lebih canggih sehingga dapat diprogram untuk menyimpan rumus-rumus matematika.
Bagaimana Kalkulator Bekerja?

            Kalkulator bekerja seperti sihir. Ia mampu memberikan jawaban akurat dan cepat atas soal hitungan yang sulit. Di dalam kalkulator elektronis terdapat sakelar pemutus arus listrik yang sangat kecil. Sakelar tersebut merupakan “otak” dari kalkulator yang dijalankan dengan energi listrik. Sakelar pemutus arus mengerjakan semuanya, lalu menunjukkan hasil perhitungan pada layar kecil kalkulator.
Semua kalkulator elektronis bekerja dengan cara yang hampir sama. Kalkulator ini menggunakan cara penambahan yang sangat cepat untuk menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Ketika menekan tombol pada kalkulator, maka kita menggunakan angka-angka sederhana seperti 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Daya hitung siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan maupun melakukan segala hal yang berkaitan dengan perhitungan atau ilmu matematika.
BAB III
METODE PENELTIAN
A. Jenis
·         Kualitatif

Merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata – kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus
Karakter khusus kualitatif :
*       Bersifat induktif : yaitu berdasar pada prosedur logika yang berawal dari proposisi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada suatu kesimpulan hipotesis yang bersifat umum.
*       Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan, yaitu mempelajari manusia dalam konteks dan situasi dimana mereka berada.
*       Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri ( sudut pandang yang diteliti )
*       Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian.
*       Menekankan pada validitas data sehingga ditekankan pada dunia empiris.
*       Bersifat humanistis: yaitu memahami secara pribadi orang yang diteliti dan ikut mengalami apa yang dialami orang yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari.
Semua aspek kehidupan sosial dan manusia dianggap berharga dan penting untuk dipahami karena dianggap bersifat spesifik dan unik.

·         Kualitatif

Penelitian ini menggunakan data berupa angka. Di dalam penelitian kuantitatif terdapat tiga tipe analisis , yaitu:
*       Analisis utama / primer ( primary analysis ) : merupakan analisis asli yang dilakukan oleh peneliti yang menghasilkan temuan tentang topik spesifik. Dengan kata lain analisis primer adalah suatu analisis yang mempertimbangkan data / informasi utama yang diperoleh dalam suatu penelitian.
*       Analisis sekunder atau analisis data sekunder ( secondary analysis ) : merupakan suatu analisis tentang temuan-temuan yang ada dari peneliti lain yang mungkin menggunakan metode yang berbeda dan lebih halus. Dengan kata lain, analisis ini memfokuskan pada data yang telah dikumpulkan/disusun dan dianalisis serta melakukan suatu analisis kedua atau ketiga kalinya.
*       Meta-analysis  : yaitu suatu analisis tentang data atau informasi yang telah dikumpulkan/ disusun dan dianalisis dari beberapa studi.
(http://wacanakeilmuan.blogspot.com/2011/01/macam-macam-metode-penelitian.html: Selasa 12/02/2013)

B. Waktu/Tempat
*       Waktu : Februari s/d April 2013
*       Tempat : SMAN 1 PADANG PANJANG

C. POPULASI/SAMPEL
*       Populasi :        Siswa-siswi SMAN 1 Padang Panjang kelas X
*       Sampel :          60 orang

·         Populasi
Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1.    Populasi sampling, contoh apabila kita mengambil rumah tangga sebagai
sampel, sedangkan yang diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja
sebagai PNS, maka seluruh rumah tangga adalah populasi sampling
2.    Populasi sasaran, sesuai dengan contoh di atas, maka seluruh PNS adalah
populasi sasaran
·         Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:
a.    Harus meliputi seluruh unsur sampel
b.    Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali
c.    Harus up to date
d.    Batas-batasnya harus jelas
e.    Harus dapat dilacak dilapangan

D. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
·         Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975)
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 )

Pengambilan data dapat dilakukan secara :
a. Pertanyaan langsung vs Pertanyaan tidak langsung
Perbedaan mendasar antara Pertanyaan Langsung dan Pertanyaan Tidak Langsung ialah terletak pada tingkat kejelasan suatu pertanyaan dalam mengungkap informasi khusus dari responden. Pertanyaan Langsung menanyakan informasi khusus secara langsung dengan tanpa basa-basi (direct), dimana jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa menggunakan perantara. Pertanyaan Tidak Langsung menanyakan informasi khusus secara tidak langsung (indirect), dimana Jawaban angket itu diperoleh dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber pertama.
b. Pertanyaan Khusus v.s Pertanyaan Umum
Pertanyaan Khusus menanyakan hal-hal yang khusus yang dibutuhkan oleh penulis. Sedang Pertanyaan Umum biasanya menanyakan informasi mengenai identitas dari koresponden. Lebih baik pertanyaan dimulai dari umum ke khusus.
c. Pertanyaan Tentang Fakta v.s Pertanyaan Tentang Opini
Pertanyaan tentang fakta yang menghendaki jawaban dari responden berupa fakta; sedang Pertanyaan tentang opini menghendaki jawaban yang bersifat opini. Pada praktiknya dikarenakan responden mungkin mempunyai memori yang tidak kuat ataupun dengan sadar yang bersangkutan ingin menciptakan kesan yang khusus; maka Pertanyaan tentang fakta belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang bersifat faktual.
d. Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya v.s. Pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan
Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya memberikan pertanyaan langsung kepada responden dimana jawaban yang diperoleh dapat beraneka ragam; sedang pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan menyediakan jawaban persetujuannya.
·         Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Wawancara dapat dilakukan oleh direksi kepada pelamar pekerjaan, pelanggan atau pihak lainnya.
Teknik Wawancara, adalah suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk memperoleh keterangan, informasi dan sejenisnya.
a. Wawancara berstruktur adalah wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan. Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Wawancara dapat dilakukan oleh direksi kepada pelamar pekerjaan, pelanggan atau pihak lainnya.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
*       Data dikumpulkan kemudian dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan menggunakan rumus presentase
*       Data dibeberkan
*       Data disimpulkan

















BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan angket kepada 60 orang responden yang berisikan 16 pertanyaan objektif dan 4 buah pertanyaan essay. Dari angket yang telah disebarkan didapat informasi bahwa sebagai siswa SMA, semua siswa sudah mengenal kalkulator dalam pembelajaran mereka. Hal ini dapat disimpulkan dari 100% responden menjawab mereka sudah mengenal kalkulator dalam pembelejaran mereka, baik itu kalkulator umum atau pun yang berfungsi khusus.
Siswa yang sudah mengenal kalkulator dalam pembelajaran mereka, mulai berpikir bahwa mereka perlu mempunyai kalkulator khusus untuk belajar. Hal ini dapat dibuktikan dari 75% responden menjawab mereka mempunyai kalkulator pribadi yang khusus diperuntukan untuk siswa. Kalkulator jenis ini kini mulai menjadi sebuah kebutuhan siswa dalam belajar. Mereka dituntut untuk mahir memecahkan soal yang perhitunganya sulit dengan cepat seperti fisika,kimia,matematika,ekonomi dan lain lain.
Dapat dicermati dari responden bahwa 78% siswa menjawab kalkulator merupakan sebuah kebutuhan khusus dalam belajar. Sebagai suatu kebutuhan, jelas saja kalkulator sangat bermanfaan bagi siswa. Kalkulator sangat membantu siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan atau soal dengan bentuk perhitungan rumit yang tidak dapat dipecahkan oleh otak mereka sendiri. Hal ini terbukti dari responden yang 93% menjawab bahwa kalkulato sangat membantu siswa dalam belajar
Walaupun merupakan sebuah kebutuhan, siswa masih dibatasi oleh guru bidang studi untuk menggunakan kalkulator setiap saat. Siswa hanya diperbolehkan menggunakan kalkulator pada perhitungan yang sulit saja. Hal ini terbukti dari responden yang 100% menjawab siswa menggunakan kalkulator masih dibatas taraf wajar yaitu kadang-kadang, sehingga masih perlu mengguanakan kemampuan otak mereka walau itu hanya untuk perhitungan yang mudah saja.

Para siswa hanya menggunakan kalkulator hanya pada perhitungan yang sulit saja. Dapat di kalkulasikan dari responden yang 98% setuju bahwa siswa hanya menggunakan kalkulator hanya untuk menyelesaikan perhitungan yang sulit saja. siswa tetap tidak menggunakan kalkulator setiap saat. Untuk perhitungan yang terbilang sangat mudah, mereka tetap menggunakan otak sendiri dalam berhitung. Hal ini terbukti dari 95% responden percaya bahwa siswa hanya tidak menggunakan kalkulator pada perhitungan yang sulit, karena semenjak Taman Kanak-Kanak siswa telah dibimbing dalam mengasah kecerdasan berhitungnya. Hingga kini tentu mereka masih memanfaatkan kecerdasan tersebut,sehingga siswa tidak selalu cenderung menggunakan kalkulator dalam segala bentuk perhitungan. Hal ini dapat disimpulkan dari 93% responden menjawab siswa tidak cendenrung selalu menggunakan kalkulator dalam setiap perhitungan.
Meskipun demikian,siswa tetap merasa kurang yakin jika mereka melakukan perhitungan yang tebilang sulit jika tanpa kalkulator. Siswa yang belum terbiasa tidak menggunakan kalkulator dalam menyelesaikan permasalahan atau soal dengan perhitungan sulit merasa tertekan dan tidak percaya diri dengan hasil yang mereka peroleh dengan otak mereka sendiri. Hal ini dapat terlihat dari 78% responden percaya bahwa siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan perhitungan sulit  menggunakan kalkulator, jika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan yang sama tanpa kalkulator, siswa merasa tidak percaya diri.
Siswa yang sudah terlanjur dibantu oleh kalkulator dalam mengerjakan perhitungan sulit akan merasa ketergantungan pada kalkulator. Dengan fungsi kalkulator dan kemampuannya yang dapat menghitung cepat, praktis, dan akurat jelas saja siswa memiliki keterganutnga yang cukup tinggi terhadapa kalkulator. Hal ini dapat di kalkulasikan dari 87% responden menjawab bahwa siswa memiliki ketergantungan yang cukup tinggi pada kalkulator.
. Siswa yang yang sudah ketergantungan terhadap kalkulator mengaku sulit untuk menyelesaikan soal dengan perhitungan yang sulit. Sehingga dalam ujian atau pun ulangan mereka merasa gelisah apabila tidak diijinkan menggunakan kalkulator. Hal ini terbukti dari 89% responden percaya bahwa siswa akan takut dan gelisah apabila dalam ujian ataupun ulangan harian tidak di izinka menggunakan alat bantu kalkulator.
Siswa yang sudah terbiasa menggunakan alat bantu kalkulator merasa lebih suka menggunakan kalkulator ketimbang otak mereka sendiri dalam menghitung perhitungan yang sulit. Hal ini disebebkan oleh berbagai faktor seperti ketidak percayaan terhadap kemampuan sendiri, ingin cepat dan praktis, atau bahkan tidak mampu melakukanya. Hal ini dapat terlihat dari 78% responden beranggapan bahwa siswa cenderung lebih memilih menghitung perhitungan sulit dengan kalkulator dibanding dengan menggunakan otak mereka sendiri.
Siswa yang cenderung menggunakan kalkulator mulai merasa bahwa kalkulator lebih pintar dan lebih akurat dibandingkan otak mereka yang sudah diprogram untuk dapat menghitung semenjak kecil. Keadaan dimana otak mereka sulit atau bahkan tidak mampu mengoperasikan perhitungan yang sulit memicu adanya paradigma ini. Hal ini dapat terkalkulasi dari 78% responden menjawab kalkulator jauh lebih pintar dari pada otak siswa sendiri, 15% menjawab kadang-kadang dan 7% menjawab tidak.
 Selain itu, kalkulator yang lebih pintar dan lebih akurat dibanding otak siswa, maka siswa mulai berfikir bahwa kalkulator dapat menggantikan fungsi otak mereka dalam menghitung. Hal ini dapat dibuktikan dari 68% responden menjawab siswa menganggap kalkulator dapat menggantikan fungsi otak mereka dalam menghitung.
Kalkulator yang besifat praktis dan cepat dalam menghitung membuat siswa terlena dalam menggunakanya dan mulai menumbuhkan sikap malas dari siswa itu sendiri untuk menghitung manual dengan otak mereka sendiri. Hal ini dapat terlihat dari 56% responden percaya bahwasanya siswa yang telah mengenal kalkulator akan malas berhitung secara manual dan memilih menggunakan kalkulator. Kebiasaan seperti ini dapat membuat sebagian besar siswa yang mulai malas menghitung, apabila dihadapkan pada suatu keadaan dimana mereka harus menyelesaikan perhitungan sulit tanpa menggunakan kalkulator (misalnya pada saat ujian semester yang sejatinya tidak membolehkan siswa menggunakan alat bantu menghitung) akan bersikap pasrah menunggu hidayah atau bahkan mencontek, adapun jika mereka menghitung sendiri mereka akan merasa tidak yakin dengan hasilnya dan memilih bertanya pada teman. Hal ini dapat terakumulasi dari 38% responden menjawab pasrah (menunggu hidayah), 44% menjawab hitung sendiri dan bertanya pada teman, dan18% responden menjawab hitung sendiri.
Seperti yang telah dipaparkan pada ulasan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, siswa merasa tertarik pada kalkulator disebabkan oleh beberapa sebab, seperti pengguanaan yang simpel dan akurat, tidak membuang waktu (dibandingkan hitung manual yang cukup lama), selain itu juga membuat perhitungan sulit menjadi sangat mudah untuk dipecahkan. Siswa yang menjadikan kalkulator sebagai kebutuhan dalam belajar sebagian besar tidak pernah memikirkan bahaya dari penggunaan kalkulator bagi dirinya sendiri. Mereka tidak pernah terpikirkan dampak negatif yang akan terjadi pada otak mereka khususnya dalam kemampuan berhitung, belum lagi akan menumbuhkan sikap “ingin mendapat hasil maksimal tanpa usaha”. Hal ini dapat dibuktikan dari 88% responden menjawab tidak pernah memikirkan dampak negatif dari penggunaan kalkulator .
Kemampuan berhitung siswa yang suka menggunakan kalkulator semakin lama semakin melemah. Seperti yang telah di paparkan sebelumnya, siswa yang telah mengenal kalkulator, sering menggunakan kalkulator, mengangap kalkulator lebih pintar dari otak mereka sendiri hingga malas menghitung secara manual menjadi faktor utama penyebab munculnya paradigma ini “kemampuan berhitung siswa mulai melemah akibat penggunaan kalkulator.” Hal ini terkalkulasikan dari 69% responden menjawab kemampuan berhitung siswa mulai melemah akibat penggunaan kalkulator yang mulai menggantikan fungsi otak mereka.
Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan kalkulator sangat beragam, seperti membunuh perkembangan otak dalam berhitung karena terlalu dimanjakan untuk berhitung dengan kalkulator, menjadi pemalas, ketergantungan dengan kalkulator, panik saat dihadapkan pada keaadan dimana siswa harus menghitung tanpa kalkulator.
Dari berbagai opini yang telah dipaparkan diatas, dapat dipahami bahwa penggunaan kalkulator kini mulai menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup fatal akibatnya bagi siswa. Daya pikat kalkulator yang cukup tinggi membuat siswa yang sudah terlanjur akrab dengan benda ini tak mampu menolak menggunakanya untuk berhitung, kemudia akan berlanjut pada tingkat “suka” menggunakan kalkulator dan ironisnya berakhir pada “ketergantungan” pada kalkulator. Tingginya tingkat ketergantungan siswa pada kalkultor inilah yang akan memberi dampak negatif pada kemampuan berhitung siswa.
Siswa dengan ketertarikan tinggi terhadap kalkulator akan mengalami berbagai masalah seperti malas menghitung tanpa kalkulator, berkurangnya kemampuan dalam menghitung dangan cepat dan akurat bahkan sampai pada tingkat dimana mereka tidak mampu mengoperasikan perhitungan yang sulit. Keadaan ini sungguh sangat merugikan siswa itu sendiri, begitu pula bagi negara, sehingga tak heran kiranya timbul paradigma bahwa Indonesia kini terancam bodoh akibat generasi-generasi penerusnya mulai mewarisi sifat malas dan terlalu menikmati kemajuan teknologi tanpa berfikir untuk mengembangkanya. Dapat diasumsikan bahwa perkembangan teknologi yang kini semakin maju justru akan berdampak negatif pada diri sendiri jika tak mampu menyikapinya dengan baik dan bijaksana. Baru-baru ini Dr. Gerald Crabtree dari Stanford University yang mengemukakan hipotesis kontroversial bahwa manusia secara perlahan semakin kehilangan kemampuan intelegensinya. Crabtree, yang juga adalah ahli genetik terkemuka dan memimpin laboratorium genetika di Stanford, mendasari hipotesisnya itu pada fakta-fakta evolusi manusia. Crabtree, sebagaimana dilansir The Independent, mengatakan bahwa “meskipun kita sekarang dikelilingi oleh manfaat teknologi yang cangih dan metode kesehatan yang modern sebagai hasil dari sebuah revolusi ilmiah, tetapi semua ini telah menutupi fakta bahwa penurunan kekuatan otak yang masih akan terus berlanjut ke masa depan menuju kebodohan spesies manusia”( http://edukasi.kompasiana.com,Jumat,31/05/2013) oleh karna itu, sebagai seorang siswa yang terpelajar sudah seharusnya memikirkan bahaya dan sisi negatif dari perkembangan teknologi ini khususnya dalam bidang kalkulator yang kini penggunaanya mulai digemari para siswa.
Meskipun faktor utama penyebab siswa mengalami kecanduan terhadap kalkulator itu datang dari diri mereka sendiri, namun disini juga tidak menutup campur tangan guru dan orang tua.Guru yang memberi izin kepada siswa untuk menggunakan kalkulator selama disekolah disinyalir juga menjadi faktor penyebab permasalahan ini, begitupun orang tua yang tidak mengontrol anaknya dalam menggunakan kalkulator saat mengerjakan PR dirumah.











BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kalkulator merupakan alat bantu menghitung yang penggunaanya praktis, cepat dan sedehana dengan hasil yang tepat dan akurat.
Penggunaanya yang simpel dengan proses kerja sangat cepat, hasil yang tepat dan akurat serta sangat membantu dalam memproses perhitungan yang sulit menjadi faktor utama yang menyebabkan siswa tertarik untuk menggunakan kalkulator dalam proses pembelajaran mereka. Siswa yang mulai menggunakan kalkulator pada akhirnya akan terjerat pada suatu keaadaan dimana mereka mulai ketergantungan kalkulator seperti yang telah diualas dalam pembahasan bahwa 78% responden menjawab bahwa siswa menganggap kalkulator sebagai kebutuhan fital dalam pembelajran mereka. Sifat inilah yang membahayakan kemampuan otak siswa dalam mencerna masalah perhitungan. Siswa akan malas menghitung tanpa kalkulator sehingga menghambat perkembangan otak mereka untuk menghitung aritmatika yang sulit, akibatnya daya hitung siswa semakin lama semakin menurun.
Meskipun faktor utama dari kecanduan kalkulator ini datang dari diri siswa sendiri, namun tidak menutup keikutsertaan guru dan orang tua dalam hal ini. Guru yang memberi kesempatan dan izin untuk menggunakan kalkulator disaat mengerjakan latihan juga menjadi faktor penyebab kecanduan kalkulator ini, begitu juga dengan orang tua, rendahnya kontrol orang tua juga menjadi momok besar yang menimbulkan kebiasaan buruk menggunakan kalkulator oleh siswa.
Jadi, disamping menyadarkan para siswa akan dampak negatif dari penggunaan kalkulator yang berlebihan,juga dibutuhkan kontrol guru dan orang tua dalam mengawasi anak (siswa) dalam menggunakan kalkulator.

5.2 Saran
1.      Siswa sebaiknya mulai berpikir akan dampak negatif dari penggunaan kalkulator bagi diri mereka sendiri, sehingga siswa akan mampu mengontrol diri untuk tidak menjadikan kalkulator sebagai kebutuhan mutlak dalam belajar.
2.      Guru dan orang tua diharapkan dapat langsung berkecimpung dalam mengawasi anak-anak (siswa) dalam menggunakan kalkulator. Guru sebaiknya mulai melatih siswa agar tidak menggunakan kalkulator dalam mengerjakan latihan disekolah.
3.       Orang tua yang  mendampingi anak-anak mereka sebaiknya mengontrol penggunaan kalkulator bagi anak-anak mereka saat mengerjakan PR dirumah.







DAFTAR PUSTAKA